7.30.2010

Review Pertemuan Kelas Sehari Kapitalisme di Lembanna oleh Lingkar Study Anti Otoritarian Makassar



oleh: Pricilia Sihombing (salah satu partisipan Lingkar Study Anti Otoritarian Makassar)


Pertemuan akhir pembahasan kapitalisme lanjut kali ini berbeda dengan beberapa pertemuan Lingkar study dihari-hari sebelumnya. Partisipan Lingkar Study Anti Otoritarian sepakat membahas materi selanjutnya di daerah yang lebih terbuka, melihat kejenuhan dari beberapa partisipan akhir-akhir ini, dan yang lebih penting adalah untuk kembali mendekatkan kami secara emosional karena bukankah revolusi pun bisa terjadi dari hal-hal yang personal?.

Pertemuan terakhir pembahasan kapitalisme lanjut kali ini diadakan di bawah kaki gunung Bawakaraeng-Malino, beberapa kilometer perjalanan dari kota Makassar, kira-kira dua jam perjalanan jika kami naik angkutan umum. namun kami sepakat berangkat kesana dengan berhitch hike atau menumpang, bukan karena kami tak memiliki cukup uang untuk ongkos perjalanan, atau kami ingin merasakan hal yang baru untuk sekedar mencari sensasi yang beda, tapi kami ingin membuktikan kepada beberapa orang bahwa uang bukan segala-galanya, kita bisa menikmati gunung, daratan, sinar mentari sebelum tenggelam (yang ini kami sangat menikmatinya), senyuman bahkan menikmati duduk berlama-lama dengan teman-teman itu bisa tanpa perlu harus mengeluarkan uang yang berlebih, yah bukankah para pemilik modal menjadikan hari-hari kita tak lebih dari sebuah komoditi yang laku dipasaran, mereka mencurinya, menjualnya dan kita harus bersusah payah mencurinya kembali. kami berhasil melampau itu dalam beberapa hari di Lembanna. Dan relasi kami adalah relasi yang dilandasi oleh cinta, bukan relasi uang.

Hitch hike ke Lembanna tidak terlalu sulit, ada banyak angkutan umum dan pribadi yang bisa kami berhentikan. yang lebih menyenangkan, kami tak sendiri.. selain beberapa partisipan Lingkar Study Anti Otoritarian (beberapa tak bisa hadir dengan alasan masing-masing), ada beberapa kawan yang bisa ikut serta yaitu Tim Kontinum, kawan dari Polandia, Inggris dan Mamuju. kawan-kawan yang dari tiga daerah terakhir sedang dalam perjalanan hitch hike ketujuan masing-masing, kebetulan rute mereka melewati Makassar dan bisa sekalian ikut serta, sedangkan Tim Kontinum juga memiliki agenda sendir yang akan dibawah kesana nantinya.

Setelah lebih dari beberapa jam, kami pun tiba di kota Malino, dan harus berjalan kaki lagi kearah kaki gunung Bawakaraeng. Di sana kami mulai membangun tenda dan bersiap siap untuk pertemuan pertama agenda awal kami. namun saya tak bisa bercerita lebih tentang pertemuan awal ini karena agenda pertama adalah pertemuan parakita Kontinum, dan saya tak relevan untuk menguraikannya. untuk hari pertama saat itu Lingkar Study Anti Otoritarian pun menjadi partisipan dalam diskusi tertutup parakita kontinum.

Lingkar Study memulai pertemuan pembahasan kapitalisme lanjutnya pada hari kedua tanggal 13 juli 2010 sekitar pukul sebelas siang, molor sejam dari rencana awal. partisipan yang ikut dalam pembahasan terakhir mengenai kapitalisme lanjut ini adalah Alisa Dita, Budha Gautama, Johan Sitorus, Mahesa Jenar dan Pricillia Sihombing. perlengkapan untuk diskusi saat itu adalah kertas plano, spidol, buku catatan dan beberapa bahan referensi masing-masing. cuaca sangat cerah waktu itu.

Diskusi saat itu adalah kelanjutan dari diskusi-diskusi kelas di Lingkar Study sebelumnya. pada pertemuan sebelumnya, sekitar sebulan yang lalu sebelum keberangkatan delegasi lingkar study ke Pekan Anti Otoritarian di Sibolangit, kami sudah membahas point-point utama yang akan menjadi pembahasan kami kali ini. kami membedakannya dalam 2 sub tema dari tema utama yaitu Kapitalisme lanjut, kedua Sub tema itu adalah analisa kapitalisme dari segi ekonomi dan politik, kemudian dari analisa Non ekonomi politknya. Pada rencana awal kami menyepakati bahwa pertemuan untuk pembahasan Kapitalisme lanjut sesi terakhir ini akan dibuat seperti workshop sehari, pertemuan pada waktu itu membahas materi-materi apa saja yang akan dikupas termasuk dua sub tema diatas, dan siapa-siapa saja yang akan membawakan materi masing-masing yang sudah ditetapkan. Ada beberapa metode yang sudah kami rumuskan sebelumnya dalam pembahasan Kapitalisme lanjut, yaitu diskusi dengan memakai fasilitator, pemahaman lanjut dengan simulasi dari masing-masing kelompok dan akan diselingi dengan game-game yang menarik tentang beberapa tema-tema tertentu. Selanjutnya dapat kami uraikan dalam bentuk bagan berikut ini :

No.

Alur

Output

Metode

Bahan referensi

Waktu

Fasilitator

1.

Mendefinisikan kapitalisme berdasarkan cirri pokok: kerja, komoditi, kepemilikan pribadi

- membedakan cirri pokok kapitalisme dengan non kapitalisme

- mengetahui apa itu kapitalisme

- diskusi dengan materi masing-masing

- Permainan Perebutan Tanah, Simulasi Prinsip Merger dan Akuisisi

- games: perebutan tanah

-kerja: das capital: bab VI hal 166-175, 176-190

Komoditi: das capital: bab I hal 3-9

Kepemilikan pribadi: manuskripII ekonomi filsafat: hal 145-157

manuskripIII: hal 157 & 163

- s imon tormey: hal 5-11

11-12.00

13-14.00

14-15.00

istirahat

Simulasi-games: brad fuh

Diskusi: Haristo

Ruras

2.

Perkembangan kapitalisme:

- kerja

- komoditi

- kepemilikan pribadi

- analisa non ekonomi, politik kapitalisme

· waktu luang

· pabrik social

· panoptikon

· skizoanalisis

· modal-modal sosial

- mengetahui perubahan corak kapitalisme dari awal hingga lanjut

- latar belakang perubahan kapitalisme

- bagaimana cara system kapitalisme melanggengkan dirinya

- mebedah kapitalisme lanju bekerja diluar aspek ekonomi dan politik

- diskusi:

· materi, artikel

· jurnal kontinum

· menolak globalisasi

· the post corporate world

- diskusi, simulasi & nonton pilem:

· jurnal kontinum

· marxis otonomis

· pskioanalisis

· Panoptiokon,

· situasionist

· psiko geografi

· the society of spectacle

SIMULASI PABRIK SOSIAL..

- kerja: jurnal kontinum, artikel Marxist otonomis, manuskripIII hal 185-213, artikel fordisme softfile, hak untuk malas, penghapusan dunia kerja bobblack softfile. membongkar akar krisis global hal 167-191.

- komoditi: membongkar akar globalisasi hal 167-201, the society of spectacle hal 25-35, menolak globalisasi.

- kepemilikan pribadi: the post corporate hal akuisis 45-51 merger 49-51, jurnal kontinum Nasionalisasi harapan atau ilusi, anti kapitalisme hal 21-23, feodalisme to capitalism karl marx softfile

Analisa non ekopol:

· waktu luang: situasionist international hal 74-75, hak untuk malas,

· pabrik social: jurnal kontinumII, Marxist otonomis softfile

· panoptikon: kota panoptikon sf, panoptikon, sf, buku disipli n punished bab1

· skizoanalisis hal 81-104

· modal-modal sosial: artikel to concept social capital sf,

·

90 menit

3 jam

Gautama,

Upi

diskusi: Johan & Odite

simulasi: Fuh & Alisa..








Bagan diatas adalah rencana awal agenda kelas Lingkar Study Anti Otoritarian untuk pembahasan Kapitalisme lanjut dalam kelas sehari. tapi ada beberapa perubahan kecil. kelas yang akan diadakan dalam bentuk workshop diubah menjadi kelas diskusi materi masing-masing.

Kami mulai dengan penguraian tentang kerja, komoditi dan kepemilikan pribad. kami tidak terlalu berkutat pada tiga point ini karena pada pertemuan sebelumnya kami sudah habis mengupasnya. kami langsung masuk pada sub tema kedua, yaitu pembahasan perkembangan kapitalisme.

Seperti yang kita ketahui bersama, kapitalisme sebagai paham ekonomi perkembangannya semakin mutakhir, dia mampu berevolusi dengan sangat cepat. Neoliberalisme yang saat ini dibeberapa negara sudah memakainya sebagai paham ekonomi adalah perpanjangan tangan dari kapitalisme, paham ini meniadakan pembatas dalam persaingan para pemilik modal dalam mekanisme pasar bebas. Menurut beberapa pihak Neoliberalisme adalah paham ekonomi politik yang mengacu pada berbagai kebijakan dan proses di mana segelintir kepentingan swasta diperbolehkan mengontrol sebesar mungkin kehidupan sosial agar dapat memaksimalkan keuntungan pribadi mereka, ini menjelaskan bahwa kontrol negara dibawah paham ini semakin disusutkan karena mengingat negara masih bersifat biriokratis.

Dibawah paham ini setiap orang berhak mengakumulasi keuntungannya masing-masing, ini akan mengakibatkan persaingan modal yang tak terbatas dan kemudian akan memunculkan ketimpangan sosial ekonomi karena sebagian orang akan lebih banyak menguasai barang dan jasa dibanding yang lain. Paham ini juga secara tidak langsung membuat kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi dikuasai oleh pemilik modal atau yang mempunyai kekuatan financial bukan dimiliki oleh semua. Tidak hanya itu, Gautama salah satu partisipan Lingkar Study Anti Otoritarian berpendapat bahwa kapitalisme ataupun neoliberalisme menjadikan kita tak lebih dari sekedar buruh, kita semua adalah buruh.

Mentari semakin terik, sungguh menghangatkan didaerah dingin ini. Diskusi kami pun berlanjut dengan suguhan kopi hangat dari Alisa. kali ini Alisa yang juga sebagai partisipan Lingkar Study Anti Otoritarian menjelaskan relasi kapitalisme, krisis global dan politik karbon. seperti yang diuraikan dalam tulisan salah satu teman di web Kontinum “katakan dengan karbon” bahwa “Sebagai bentuk molekul CO2 karbon memiliki fungsi penting dalam perubahan iklim dewasa ini. Dari sebuah senyawa berbahaya bagi atmosfer, karbon kini dijadikan instrumen yang bernilai ekonomi. Dengan karbon, dalih penyelamatan digunakan negara dan korporasi dalam memanipulasi persoalan iklim. Hal ini tak lepas dari perjalanan panjang pertemuan demi pertemuan tingkat dunia, hingga melahirkan skenario global yang dielu-elukan sebagai solusi penyelamatan bumi.”.

Bagaimana kapital bisa meningkatkan profitnya dengan beberapa cara, salah satunya adalah politik karbon. Emisi gas sebelum revolusi industri hanya berkisar 580 ribu ton dan sekarang telah mencapai lebih dari 750 ribu ton. Pertemuan antar negara pun mulai diadakan dan akn sering diadakan untuk membahas antisipasi terhadap peningkatan emisi gas, kampanye awalnya adalah menekan Negara-negara industri untuk mengurangi emisi gasnya, namun pada akhirnya yang sering terjadi dengan forum iklim global seperti biasanya adalah menghasilkan kebijakan-kebijakan yang selalu menguntungkan pemilik modal. Emisi karbon yang tadinya ingin dikurangi dengan merundingkan aturan-aturan untuk negara-negara industri menjadikan emisi karbon sebagai komoditi baru yang menggiurkan.

Politik karbon hanya cara baru yang digunakan para kapital untuk menutupi kewajiban mereka dalam pengurangan emisi karbon dari aktivitas industri mereka, dan disini kita bisa melihat peran negara dalam perputaran modal global. Negara industri dapat tetap menjalankan aktivitasnya tanpa harus mengurangi emisi karbon bahkan mendapat jatah karbon bagi industri mereka, dengan cara menanami atau memelihara hutan yang rusak di negara-negara berkembang. Negara berkembang ini lah yang menjadi penyerap emisi bagi kegiatan industri di negara maju, mereka kemudian diberi kompensasi bagi pemeliharaan hutan tersebut.

Kapitalisme memang sungguh menyebalkan dan sangat lihai, brengsek pula. Sangat disayangkan memang ketika hutan pinus disekitar tenda kami hanya dijadikan komoditi tok oleh para pemilik modal sana. Peningkatan emisi karbon maupun global warming kedengaran seperti mitos buatku saat ini, tak lebih dari wacana manipulasi dari sistem kapitalisme, menyebalkan.

Menjelang sore, lembanna, kaki gunung Bawakaraeng menjadi sedikit dingin, kami buru-buru memakai switer dan syal kami. Rehat sedikit, Alisa membuat mie seduh, Johan sedikit berdendang melepas jenuh habis berdiskusi. Mahesa jenar merenung dengan jidat yang mengkerut, mungkin dia tak habis pikir mengapa beberapa diantara kita mempunyai lebih dibanding yang lain, dan dengan alasan itu mereka bahkan merasa berhak menguasai yang lain. Gautama tak berhentinya bercerita tentang apapun yang menurutnya ganjal mengenai hidup keseharian dia dan kami. Saya hanya mencatatnya semuanya, dan bila kelak momen ini terlupa, akan kuingatkan lagi melalui tulisanku bahwa ada beberapa anak muda yang masih risau terhadap beberapa hal, mempertanyakannya dan tak berhenti berlawan untuk hidup kesehariannya.

Yah, kapitalisme tidak hanya masuk pada masalah ekonomi politik lagi, dia memasuki wilayah yang lebih luas, sosial, budaya dan sekali lagi kehidupan keseharian kita. Bagaimana kapitalisme bermain diruang hasrat manusia, kapitalisme terus memanfaatkan hasrat manusia untuk meningkatkan profit dan akumulasi keuntungan. Kapitalisme menyerap realitas dan mengkodekan realitas itu sendiri, dan kemudian menjualnya melalui hasrat.

Kami disaat itu menghela nafas panjang, bukan puas telah mengorek sedikit kebobrokan sistem kapitalisme, tapi betapa kita sebagian tak sadar bahwa hidup kita dikontrol. Kegiatan kita sehari-hari tak lepas dari penjualan imaji imaji iklan produk kapitalisme, teriakan revolusi dijalan pun tak bisa menghambat perputaran modal atau menghentikan mereka mengontrol kita, bahkan mereka mengakomodasi hasrat liar kita untuk kemudian menjadikannya komoditi yang siap jual. Oh my gosh, apa ini juga terlintas dibenak mereka barang sekilas?? aku yakin tidak sekalipun, atau iya namun mereka terjun bebas tanpa tumpu dan mengiranya sedang terbang bebas?? mari pertanyakan semuanya.

Lebih dari lima jam kami berdiskusi lepas saat itu dan waktunya istirahat. Tak ada lagi kerutan dijidat, kami sepakat tanpa jabat tangan untuk tetap berlawan terhadap kehidupan keseharian kami masing-masing dan terus mempertanyakan semuanya.

Dunia lain itu mungkin, bila..

Pricilia Sihombing.. ^^