5.30.2010

WORKSHOP FASILITATOR UNTUK GRUP-GRUP AFFINITAS


merancang pertemuan dan pengambilan keputusan secara partisipatif dan egaliter
Makassar, 9 Mei 2010

Tujuan diadakannya workshop fasilitator adalah pengenalan cara untuk mendorong partisipasi dalam pertemuan, mengembangkan sebuah tipe konsensus yang lebih maju, yang muncul bukan karena terpaksa, dipimpin apalagi diatur. Diberikan pula simulasi untuk mempraktekkan secara langsung bagaimana mengelola sebuah pertemuan untuk memecahkan masalah yang ada pada sebuah kolektif.

Workshop yang berlangsung selama sehari penuh ini diharapakan dapat menjawab tantangan untuk mengadakan forum-forum bersama yang lebih menyenangkan sebagai jalan keluar dari pertemuan2 formal yang membosankan, cenderung statis serta berjalan satu arah. Selain itu sebagai tambahan skil-skil dasar dalam mengelola forum agar proses pengambilan keputusan dapat menjadi sebuah konsensus serta mewadahi keinginan setiap individu atau kelompok.

Antusiasme dan keceriaan tampak menghiasi wajah teman2 peserta workshop yang berjumlah 12 orang, setelah sebelumnya berhasil memberikan sentuhan keindahan pada ruangan yang akan akan dipakai. Kelas yang semula tampak kumuh kini telah bersih, meja dan kursi sudah tersusun rapi serta perangkat pertemuan telah terpasang pada tempatnya .

pukul 11:00 workshop dimulai dengan kesepakatan-kesepkatan bersama tentang jadwal dan agenda, diselingi introduksi untuk menyegarkan ingatan tentang tujuan utama diselenggarakannya kegiatan ini.

Fasilitasi adalah salah satu cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan, membantu sebuah atau beberapa kolektif untuk memecahkan masalah secara bersama. Jadi fasilitasi hanya alat, artinya pemecahan masalah bisa saja tanpa metode fasilitasi, dengan penunjukan langsung ataupun pertemuan satu arah yang telah ada sebelumnya. Fasilitasi memberikan apresiasi pada proses pencarian solusi sebuah kolektif agara dapat menjadi konsesus, meramu perbedaan-perbedaan pandangan agar jalan keluar yang dihasilkan dapat terealisasi dan mendapat dukungan dari seluruh elemen yang ada.

Fasilitator memiliki fungsi yang berbeda dengan moderator, ketika dalam pertemuan dipimpin oleh seorang moderator maka yang harus dia lakukan hanyalah mengatur lalu lintas pembicaraan, menyimpulkannya kemudian melemparkannya lagi ke peserta forum untuk didiskusikan. Lain halnya dengan fasilitator, adalah orang yang mampu memanage sebuah pertemuan untuk memudahkan dalam alur pembicaraan dan pengambilan keputusan. Bahwa fasilitator memberikan kesempatan berkembangnya pembicaraan sebagai proses dari pertemuan tersebut, bukan keputusan akhir yang dihasilkan. Artinya fasilitaor harus memahami betul “apa yang sedang dibicarakan”, memahami segala hal yang terjadi dalam pertemuan, mampu membuatnya lebih menarik dan menyenangkan sampai ke kondisi peserta pertemuan.

Jeda sesi pertama diakhiri ketika jarum jam menunjukkan pukul satu, dengan simulasi pengambilan keputusan dimana tempat makan siang bersama dilakukan, tentunya peserta tidak mau membahas lama-lama pesrsoalan ini dan langsung menuju ke warung makan.

Pukul 01:00 Hawa panas terasa menyengat di dalam ruangan kelas yang kami gunakan, sehingga angin yang masuk melalu kisi-kisi jendela terasa dingin dan menyegarkan. Beberapa peserta membincangkan materi sebelumnya dan saling tukar pendapat, sementara yang lainnya mencoba meramu esbatu dan sirup menjadi minuman pengusir rasa panas akibat matahari yang tepat berada diatas kami dan oksigen di dalam ruangan yang serasa mulai menipis.

Setelah istirahat sejenak, pertemuan kembali dilanjutkan dengan topik pembahasan mengenai ciri khas seorang fasilitator yang netral, berfikir outsider, tidak intimidatif sekaligus akomodatif, cakap membaca situasi atau konteks, komunikatif dan inovatif. Satu persatu ciri tersebut dibahas dengan contoh-contoh kejadian yang sering dialami ketika menghadapi sebuah forum.

Menjelang sore, simulasi kecil dilakukan di luar ruangan menggunakan metode analisa kasus dalam kelompok-kelompok kecil. Peserta dibagi menjadi dua kelompok, memecahkan sebuah permasalahan yang diberikan sebelumnya. Kertas plano menjadi alat simulasi dengan menuliskan peta permasalan dan jalan keluar yang dapat ditawarkan. Sesi ini menjadi lebih menarik karena dilakukan di atas padang rumput yang hijau, di sekitarnya banyak pohon rindang. Selain menyegarkan suasana yang beberapa jam sebelumnya berada di dalam ruangan kelas, beberapa peserta akhirnya dapat berbicara dan mengeluarkan opininya dengan lebih bebas. Mungkinkan ini juga merupakan sebuah metode yang bisa digunakan ketika pertemuan kolektif suasananya mulai berjalan monoton agar kebosanan peserta dapat dihindari.

Dari hasil evaluasi bersama tentang kekurangan-kekurangan simulasi pertemuan diperoleh gambaran bahwa dalam sebuah pertemuan, ice breaking adalah hal yang baiasanya dianggap sepele namun menentukan jalannya diskusi, ketika suasana pertemuan tidak cair maka suasana pertemuan akan tidak nyaman dan gagasan dari peserta akan susah untuk diutarakan, biasanya upaya menghindari kemonotonan dalam pertemuan bisa dipecahkan dengan humor segar dan canda tawa dalam perkenalan peserta. Dengan cara ini diharapkan pertemuan berjalan lebih komunikatif, tanpa didominasi oleh satu orang yang terus menerus bicara di forum, serta peserta yang pemalu,atau yang tak suka bicara untuk mau menyatakan pendapatnya.

Yang menarik dalam workshop kali ini adalah simulasi atau game mendapat porsi yang lebih, sehingga suasana lebih hidup dan peserta dapat lebih dapat saling berinteraksi satu sama lain. Akibatnya jadwal pertemuan yang semula berakhir pada pukul 18:00 dtambah dua jam. Fasilitator harus inovatif, menemukan cara terbaik untuk membantu jalannya pembicaraan, baik itu melalui video, games, modul ataupun hand-outs yang diberikan selama pertemuan.

Sesi terakhir membahas pentingnya menggunakan bahasa tubuh untuk menjaga perhatian peserta, agar mereka tidak bosan ataupun mengantuk. Posisi berdiri yang tidak terus menerus didepan peserta, memperhatikan saat pada partisipan yang sedang berbicara dengan anggukan kepala dan ataupun sorot mata yang langsung berhadapan dengannya. Hal ini dapat membantu partisipan diskusi agar terus memberikan penjelasan mengenai ide-ide yang sedang ia utarakan jika hal tersebut masih diperlukan dan dapat membantu solusi dari permasalahan yang sedang dibicarakan. Ketika sampai pada simulasi, semua peserta mendapat kesempatan untuk mempraktekkan cara-cara tersebut, menkreasikannya sebaik mungkin. Sesi ini berakhir dengan candaan akibat tema2 persoalan yang dipilih oleh peserta dan bahasa tubuh yang cenderung dilebih-lebihkan untuk mengundang gelak tawa.

Akhirnya workshop hari ini selesai, dengan terlebih dahulu merampungkan catatan-catatan, membersihkan ruangan dan mengumpulkan semua bahan yang tertempel di dinding dan papan tulis. Peserta meninggalkan tempat pertemuan, berjalan menuju tempat makan gorengan.